Saturday 16 June 2012

Cara ku dan kamu

Aku tak pernah benar-benar melakukannya,
tapi aku berusaha.
Kau tahu, aku berusaha menentukan pilihan
membiarkan semua menjadi sejarah sekaligus pelajaran bagiku.
Jangan lakukan hal ini padaku,
terlalu sakit saat aku harus mengakui kekalahanku,
kelemahanku.


Denganmu aku merasa utuh,
utuh sebagai aku,
menjadi diriku,
tertawa lepas,
bercanda,
bahkan menggila.

aku tak ingin mengubahnya,
karena aku adalah aku.
kau mampu menerima itu, dan menjadikannya sebagai ciri khas ku.

aku tak ingin menjadi sosok yang tak ku kenal,
aku tak ingin melepas senyum ini,
karena dari sini aku bertahan,
menerjang apapun yang menghadangku.
tanpa kau tahu,
banyak luka yang membebat disini,
di dinding-dinding hati.
dengan cara itu aku mampu mengobatinya.
tersenyum dalam tangis,
tertawa dalam amarah,

lihat aku,
hatiku menggelepar merindukanmu,
terus bercengkrama dengan langit luas agar mereka sudi menyampaikan pesan ini untukmu.

lihat aku,
tangis yang mengambil alih saat kau menolak hadirku,
saat kau menolak pertemuan itu,
saat kau melarangku untuk mencurahkan rindu.

jangan biarkan sesal ini abadi,
beri aku kesempatan untuk menyecap rasa ini,
menyimpan gurat wajahmu dihatiku,
menyimpan kisah yang akan utuh menjadi milikku,
menemaniku dalam bisu.

tawaku hanya benteng pertahananku,
agar tak goyah saat air mata mendesak ingin keluar,
biarkan aku tetap kuat dengan caraku,
kau mengerti itu.

simpanlah,
apa yang ingin kau simpan,
tapi jangan kau ambil juga milikku yang berhak kusimpan,
nyaris tak menyisakan apapun untukku,
kecuali secuil kisah.

jauh di relung hatiku,
tertawa saat tahu bahwa kita masih saling perduli,
berusaha menutupi dengan bisu,
tetapi membiarkan telinga ini tak tuli,
menangkap kabar yang disampaikan lewat semesta,
agar tahu apa yang terjadi,
membiarkan hati ini mengalunkan syair pilu,
demi menutupi rasa itu.

biarkan,
biar takdir yang menuntun kita.
biar takdir yang membimbing kita menemukan apa yang kita cari,
jangan menyerah,
teruslah melangkah meski goyah,
jemari ini akan terus membimbingmu,
dengan kasat mata melalui perantara.

jikapun ini bukan takdir kita,
yainlah,
mereka, anda, dia, kau adalah perantara untuk menemukan kamu,
perhentian terakhir kita.
sampai waktu itu tiba,
sampai tanya itu menemukan jawabnya,
kita masih saling menjaga,
dengan cara kita sendiri,
dengan isyarat kita sendiri.

No comments:

Post a Comment