Sunday 6 April 2014

Linguistik Bandingan Historis






Pengertian, Tujuan, dan Sejarah Linguistik Bandingan Historis serta,
Klasifikasi Genetis dan Ciri-cirinya

LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS

I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Linguistik bandingan historis mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dari dua periode itu diperbandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi pada bahasa itu.
Linguistik bandingan historis merupakan sebuah cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik dalam pra-sejarah bahasa. Penelitian pra-sejarah bahasa tentu tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa mempergunakan data-data kuno yang terdapat dalam naskah-naskah terdahulu.
Linguistik bandingan historis mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan itu digunakan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan klasifikasi genetis yaitu mengelompokkan bahasa-bahasa untuk mengetahui termasuk dalam rumpun apakah bahasa yang terdapat pada daerah tertentu.
Linguistik bandingan historis memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya. Sejarah perkembangan ilmu bahasa dibagi menjadi empat periode, yaitu: periode I (1830-1860), periode II (1861-1880), periode III (1880-akhir abad XIX), dan periode IV (awal abad XX). Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas pengertian linguistik bandingan historis, tujuan linguistik bandingan historis, klasifikasi genetis, ciri-ciri klasifikasi genetis, serta sejarah linguistik bandingan historis.
B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah kumpulan beberapa pokok bahasan dalam sebuah makalah, maka berikut ini adalah beberapa masalah yang akan dibahas:
1.    Apakah pengertian dari linguistik bandingan historis?
2.    Apakah tujuan linguistik bandingan historis?
3.    Apakah yang dimaksud dengan klasifikasi genetis?
4.    Apa sajakah ciri-ciri klasifikasi genetis?
5.    Bagaimanakah sejarah linguistik bandingan historis?
C.  Tujuan
Adapun tujuan makalah ini, yaitu:
1.    Mengetahui pengertian dari linguistik bandingan historis.
2.    Mengetahui tujuan linguistik bandingan historis.
3.    Mengetahui pengertian klasifikasi genetis.
4.    Mengetahui ciri-ciri klasifikasi genetis.
5.    Mengetahui sejarah linguistik bandingan historis.

II.  PEMBAHASAN
A.  Pengertian
Menurut Keraf (1991:22) Linguistik bandingan historis (Linguistik Historis Komparatif) adalah suatu cabang dari ilmu Bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu.
Linguistik bandingan historis mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dari suatu bahasa atau dua periode atau lebih itu diperbandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu.
Unsur-unsur bahasa itu dapat diperbandingkan berdasarkan kenyataan dalam periode yang sama, maupun perubahan-perubahan yang telah terjadi antara beberapa periode.
B.  Tujuan Linguistik Bandingan Historis
Menurut Keraf (1991:23-24) tujuan dan kepentingan linguistik bandingan historis sebagai berikut:
1.    Memperkenalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan kekerabatannya. Bidang-bidang yang dipergunakan untuk mengadakan perbandingan semacam ini adalah: fonologi dan morfologi.
2.    Mengadakan rekontruksi bahasa-bahasa yang ada saat ini kepada bahasa-bahasa purba (bahasa proto) atau bahasa-bahasa yang menurunkan bahasa-bahasa kontemporer. Atau dengan kata lain linguistik bandingan historis berusaha menemukan bahasa proto yang menurunkan bahasa-bahasa modern.
3.    Mengadakan pengelompokkan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. Bahasa-bahasa yang termasuk dalam satu rumpun yang sama belum tentu sama tingkat kekerabatannya atau sama tingkat kemiripannya satu sama lain. Ada beberapa bahasa yang menunjukkan bahwa keanggotannya lebih dekat satu sama lain, bila dibandingkan dengan beberapa anggota lainnya.
4.    Linguistik historis komparatif berusaha untuk menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa-bahasa proto (pusat penyebaran = Homeland = Centre of Gravity = Negeri Asal) dari bahasa-bahasa kerabat, serta menentukan gerak migrasi yang pernah terjadi.

C.  Klasifikasi Genetis
Klasisifikasi genetis atau klasifikasi genealogis merupakan suatu proses pengelompokkan bahasa-bahasa sebagai hasil dari linguistik bandingan historis (Keraf, 1991:24). Klasifikasi ini merupakan hasil yang dicapai dari tujuan linguistik bandingan historis yang ketiga di atas.
Klasifikasi ini dikembangkan dari kenyataan-kenyataan yang dijumpai pada bahasa-bahasa tertentu di dunia. Banyak bahasa di Eropa dan Asia memperlihatkan bentuk-bentuk yang sama dalam fonologi, morfologi, dan perbendaharaan kata.
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan sejauh ini, para sarjana telah membagi-bagi bahasa-bahasa di dunia atas rumpun-rumpun bahasa berdasarkan kriteria fonologis dan kosa kata. Kriteria morfologis dipergunakan sebagai faktor penguat. Bila dibandingkan dengan klasifikasi genealogis memperoleh kesepakatan yang merata, kecuali dalam hal-hal kecil.
Menurut Keraf (1991:25) kelompok atau rumpun bahasa yang disimpulkan dari metode yang dikembangkan dalam linguistik bandingan historis, adalah:
1.         Rumpun Indo-Eropa: terdiri dari cabang-cabang German. Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Keltik, dan Gaulis.
2.         Rumpun Semito-Hamit (=Afro-Asiatik): terdiri dari sub-rumpun Hamit-Koptis, Berber, Kushit; dan Chad; dan sub-rumpun Semit terdiri dari: Arab, Etiopik, dan Ibrani.
3.         Rumpun Chari-Nil: bahasa-bahasa bantu (Luganda, Swahili, Kaffir, Subiya, Zulu, Tebele) dan bahasa Khoisan (Bushman dan Hottentot).
4.         Rumpun Dravida: bahasa-bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam, dan Brahui di Baluchistan.
5.         Rumpun Austronesia: disebut juga Melayu-Polinesia yang terdiri dari bahasa-bahasa Indonesia, Melanesia, Polinesia.
6.         Rumpun Austro-Asiatik: Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7.         Rumpun Fonno-Ugris: Hungar (Magyar), Lap, Samoyid.
8.         Rumpun Altai: Turki, Mongol, Manchu-Tungu. Ada hipotesa yang menyatakan rumpun Finno-Ugris mempunyai pertalian dengan Altai yang disebut Ural-Altai, Ural-Altai, yang memasukkan juga Jepang dan Korea.
9.         Rumpun Paleo-Asiatis (Hiperboreis): bahasa-bahasa di Siberia.
10.     Rumpun Sino-Tibet: Cina, Tai, Tibeto-Burma, Yenisei-Ostyak.
11.     Rumpun Kaukasus: Kaukasus Utara dan Selatan (Georgia).
12.     Bahasa-bahasa Indian: Eskimo-Aleut, Na-Dene, Algonkin-Wakashan, Hokan, Sioux, Penutian, Aztek-Tanoan, Maya.
13.     Bahasa-bahasa lain seperti: bahasa-bahasa Irian, Australian, dan Kadai.
bahasa
1
2
3
4
5
Proto-Austronesia
*esa/isa
*duSa
*telu
*Sepat
*lima
Paiwan
Ita
Dusa
C’lu
S’pac
Lima
Madura
Settong
Dhua
Tello’
Empa’
Lema’
Melayu
satu
dua
tiga
empat
Lima
       Contoh kemiripan dalam rumpun Austronesia:
sumber: (Iqbal Nurul Azhar. http://www.academia.edu/5593918/Jejak_Proto_Bahasa_Austronesia_Pada_Bahasa_Madura)

D.  Ciri-ciri Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis mengandung ciri-ciri berikut: non-arbitrer, ekshaustif, dan unik (Keraf, 1991:26-27).
1.    Klasifikasi genetis bersifat non-arbitrer karena hanya ada satu dasar saja yang dipergunakan untuk mengadakan klasifikasi ini yaitu berdasarkan garis keturunan. Tidak ada ciri lain yang digunakan. Karena bahasa bukan makhluk biologis, maka sebenarnya pengertian garis keturunan ini juga tidak tepat dikenakan pada bahasa.
2.    Ekshautif atau tuntas, maksudnya adalah bahwa dengan mempergunakan garis keturunan tadi, semua bahasa di dunia dapat dikelompokkan dalam rumpun-rumpun, sub-rumpun, dan kelompok-kelompok tertentu. Tidak ada bahasa yang tidak dimasukkan dalam kelompok-kelompok tadi, sehingga akhirnya tidak ada yang tersisa.
3.    Unik, maksudnya dengan mempergunakan dasar garis keturunan yang menghasilkan rumpun-rumpun bahasa dan sebagainya, maka tiap bahasa di dunia ini sudah jelas kedudukannya. Tiap bahasa hanya dapat memiliki keanggotaan tertentu, dengan kata lain tidak mungkin pada saat yang sama bahasa itu menjadi anggota dari rumpun bahasa yang berlainan. Bahasa Indonesia misalnya sekali menjadi anggota rumpun bahasa Austronesia, untuk selamanya hanya masuk dalam rumpun itu; tidak mungkin ia masuk dalam rumpun Indo-Eropa misalnya. Tidak mungkin merangkap keanggotaan ini disebut unik.
                                




E.  Sejarah Linguistik Bandingan Historis
Dasar-dasar linguistik bandingan, baik tipologis maupun genetis, telah mulai diletakkan oleh sarjana-sarjana di Eropa Barat pada permulaan abad XIXI. Sebenarnya apa yang dikembangkan saat ini adalah dasar-dasar ilmu perbandingan dalam bidang filologi. Dari dasar-dasar tersebut kemudian timbul metode-metode baru, yang kemudian disempurnakan lebih lanjut dalam abad XX, yang mencoba membandingkan bahasa-bahasa secara murni dari segi linguistik.
Sejarah perkembangan ilmu bahasa dalam abad XIX dan pada awal abad XX, dapat dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut:
1.    Periode I (1830-1860)
Periode ini dimulai dengan Franz Bopp (1791-1867) dan diakhiri dengan August Schleicher. Franz Bopp dianggap sebagai tokoh yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa yang diterbitkan dalam tahun 1816.
Kemudian dalam tahun 1818 Rasmus Kristian Rask (1787-1832) memperlihatkan bahwa kata-kata dalam bahasa-bahasa German mengandung unsur-unsur bunyi yang teratur hubungannya dengan kata-kata bahasa-bahasa Indo-Eropa lainnya. Penemuannya yang terpenting adalah pertukaran bunyi (Lauterschiebung) antara bahasa German di satu pihak dan bahasa-bahasa Latin-Yunani di pihak lain.
Hubungan-hubungan bunyi ini disempurnakan lagi oleh Jakob Grimm dan kemudian terkenal dengan nama Lautgesetz (Hukum Bunyi) atau terkenal juga dengan nama Grimm’s Law (Hukum Grimm). Apa yang dicapai dan dirumuskan oleh Jakob Grimm dapat dibaca dalam bukunya Deutsche Grammatik, jilid II, diterbitkan tahun 1822.
Suatu hasil penelitian penting lain dari periode ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Friedrich von Schlegel (1772-1829) dalam bukunya Uber dia Sprache und Weisheit der Inder (1808). Dia berhasil menunjukkan hubungan antara bahasa Sansekerta, Yunani, Latin, Persia, dan German, menetapkan bahasa-bahasa itu sebagai bahasa Fleksi. Ia membagi bahasa-bahasa di dunia atas dua kelas besar yaitu bahasa fleksi dan bahasa berafiks. Kakaknya August Von Schlegel menambahkan kelas tipologis yang ketiga yaitu bahasa tanpa struktur gramatikal.
Penyelidikan etimologis kata-kata tetapi dengan mempergunakan metode yang lebih baik juga dilakukan oleh F. Pott (1802-1887) dalam bukunya Etymologische Forschungen auf dem Gebiete der indogermanischeen Sprachen (Lemgo, 1883-1836).
Wilhelm von Humboldt (1767-1853) ia mengemukakan suatu klasifikasi atas bahasa-bahasa di dunia yang umum diterima sebagai penyempurnaan dari klasifikasi von Schlegel, dalam bukunya Uber die Verschiedenheit des menschlichen und ihren Einfluss auf die geistige Entwicklung des Menschengsschlecht. Untuk klasifikasinya itu ia mempergunakan istilah yang lazim dipakai sampai sekarang yaitu: bahasa isolatif (menggantikan istilah von Schlegel ‘bahasa tanpa struktur gramatikal’), bahasa fleksi, bahasa aglutinatif (menggantikan istilah von Schlegel ‘bahasa berafiks’, dan bahasa inkorporatif.
2.    Periode II (1861-1880)
Periode ini dimulai dengan tokoh terkemuka August Schleicher (1823-1868) dengan bukunya yang terkenal Compendium der vergleichenden Grammatik. Ia mengemukakan pengertian-pengertian baru seperti Ursprache (proto language) yaitu bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasa-bahasa kerabat, dalam konsep ini dicetuskan Stammbaumtheirie mengenai adanya organisme bahasa yang kemudian berkembang lebih jauh yaitu akar kata.
Tokoh yang kedua adalah G. Curtius (1820-1885). Ia menerapkan metode perbandingan untuk Filologi klasik, khususnya bahasa Yunani dalam bukunya Grundzuge der griechischen Etymologie (1856-1862).
Tokoh-tokoh lain adalah Max Muller (1823-1900), ia memperluas horison pengetahuan ilmu bahasa berkat karyanya Lectures in the Science of Language (1861). W.D. Whitney menambahkan istilah polisintesis untuk menyebut bahasa inkorporatif.
3.    Periode III (1880-akhir abad XIX)
Dalam periode sesudah tahun 1880, muncullah suatu kelompok ahli tata bahasa yang menamakan dirinya Junggrammatiker (Neo-Grammatici). Mereka tertarik akan hukum-hukum bunyi yang telah dirumuskan oleh Jakob Grimm. Tokoh-tokohnya K. Brugmann (1848-1919), Osthoff, dan Leskien. Mereka juga berhasil menarik seorang pemuda untuk belajar di sana, yang kemudian menjadi tokoh linguis Amerika yang terkenal yaitu Leonard Bloomfiled.
Karya utama yang kemudian diikuti oleh ahli-ahli lain dari jaman ini adalah Grundriss der vergleichenden Grammatik der indogermanischen Sprachen (1866-1900) yang disusun bersama Karel Brugmann dan B. Delbruck, yang terdiri dari lima bagian pertama dan kedua ditulis oleh Brugmann yang membicarakan fonologi, morfologi, dan pembentuk kata. Ketiga bagian lain ditulis oleh Delbruck mengenai sintaksis.
Untuk memecahkan beberapa masalah yang terdapat dalam Stammbaumtheorie dari Schleicher, seorang sarjana lain J. Schmidt (1843-1901) mencetuskan sebuah teori baru yang disebut Wellentheorie (Teori Gelombang); Wave Theory), bahwa antara dialek-dialek ada bentuk-bentuk antara yang menyulitkan batas antar dialek. Seorang ahli lain berkebangsaan Denmark, Karl Verner, dalam tahun 1875 menjelaskan kekecualian yang terdapat pada hukum bunyi Rask dan Grimm, khususnya mengenai pertukaran bunyi bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang kemudian dikenal dengan nama Hukum Verner. Tokoh lain adalah  Hermann Paul (1846-1921) dengan bukunya Prinzipien der Sprachgeschichle (1880); H. Steinthal (1823-1899) yang mencoba membagi-bagi bahasa-bahasa dengan landasan psikologi; Fr. Muller (1843-1898) dengan bukunya Grundriss der Sprachwissenschaft.
4.    Periode IV (awal abad XX)
Pada awal abad ke XX lahirlah bermacam-macam aliran baru dalam ilmu bahasa. Aliran-aliran yang terpenting adalah:
a.    Fonetik berkembang sebagai suatu studi ilmiah.
b.    Sejalan dengan perkembangan studi atas dialek-dialek dengan mempergunakan metode-metode fisiologi, fisika, dan psikologi, maka muncul pula cabang baru dalam ilmu bahasa yaitu psikolingistik dan sosiolinguistik.
c.    Aliran Praha, yang muncul sebagai reaksi terhadap studi bahasa yang terlalu halus sampai kepada bahasa individual (idiolek). Aliran ini berorientasi pada gurunya Ferdinand de Saussure (1857-1913).
Berhasil tidaknya Linguistik Komparatif tergantung dari kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dalam linguistik deskriptif, sebaliknya kesahihan kesimpulan dalam lingusitik deskriptif tergantung dari kecermatan pencatatan data-data di lapangan.

III.   PENUTUP
a.       Linguistik bandingan historis (Linguistik Historis Komparatif) adalah suatu cabang dari ilmu Bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu.
b.      Tujuan linguistik bandingan historis adalah:
1.      Memperkenalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsur-unsur yang menunjukkan kekerabatannya.
2.      Mengadakan rekontruksi bahasa-bahasa yang ada saat ini kepada bahasa-bahasa purba (bahasa proto) atau bahasa-bahasa yang menurunkan bahasa-bahasa kontemporer.
3.      Mengadakan pengelompokkan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa.
4.      Linguistik historis komparatif berusaha untuk menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa-bahasa proto (pusat penyebaran = Homeland = Centre of Gravity = Negeri Asal) dari bahasa-bahasa kerabat, serta menentukan gerak migrasi yang pernah terjadi.
c.       Klasisifikasi genetis atau klasifikasi genealogis merupakan suatu proses pengelompokkan bahasa-bahasa sebagai hasil dari linguistik bandingan historis.
d.      Klasifikasi genetis mengandung ciri-ciri berikut: non-arbitrer, ekshaustif, dan unik.
e.       Sejarah perkembangan ilmu bahasa dalam abad XIX dan pada awal abad XX, dapat dibagi dalam 4 periode, yaitu: Periode I (1830-1860), Periode II (1861-1880), Periode III (1880-akhir abad XIX), dan Periode IV (awal abad XX).


DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


No comments:

Post a Comment