Monday 18 January 2016

Rindu, Kenangan itu Antik

Bolehkah aku hadirkan rindu malam ini?
Mengemukakannya pada langit dan angin.

Perkenankanlah rinduku,
Yang malam ini entah kenapa seolah tak ingin beranjak sedikitpun.
Kami tidak sedang mengadakan pesta di sini.
Lantas kenapa kau hadir?


Lelah?
Oh baiklah, kau lelah bersembunyi.
Baiklah, kemari, kudekap kau erat 'rindu'.
Tidak, jangan menatapku seperti itu.
Sungguh, tak akan ada tangis saat kudengar ceritamu.

Mengapa?
Hmm,,, Jujur aku bingung menjawab tanyamu.
Mungkin... Aku sudah terbiasa mendengar kisahmu.
Aku tahu, kenapa kau hadir malam ini.
Aku sudah menduga, tanpa kami undang dalam perbincangan malam ini.
Kau pasti hadir, entah esok, lusa, atau beberapa tahun ke depan.
Tapi rindu, aku tak pernah mengizinkanmu membuatku menangis iba saat mendengar kisahmu,
tidak, setelah hari itu, tak kuizinkan kau untuk membuat bersedih, meski sesedih apapun kisahmu.

Kau tahu rindu?
Kau tak akan mendapatkan ketenangan jika kau tak pernah berdamai dengan masa lalu.
Oh... baiklah...
Kau ingin protes?
Protes tentang sulitnya berdamai dengan masa lalu.

Tapi, hei!
Apakah kau ingin terus terperangkap di sana dalam kesedihan yang nyata?
Keluarlah, tak perlu bersembunyi,
Kau tak ingin menjadi pesakitan gila bukan?
Tunjukkan dirimu rindu, tanpa perlu diucapkan.
Bukankah kau hadir karena tanpa pertemuan, tapi menginginkan pertemuan.
Jadi, ketika pertemuan itu hadir, berarti engkau akan menghilang.
Itu akhir dari hidupmu.
Jadi, selagi kau masih bisa hadir rindu,
cobalah untuk menyapa dunia lebih bersemangat dari biasanya.

Kehadiranmu yang dulu selalu sering menyapaku,
membuatku terbiasa, mulai memahami kisahmu.
Aku mengerti, dan aku tahu.
Kenangan?
Ya, kau memiliki kenangan yang membuatmu selalu hadir rindu.
Tapi bukankah kau tahu, kenangan itu ibarat antik yang kau simpan di gudang.
Kau harus bisa memilah dan memilih, mana yang harus kau singkirkan ke gudang, mana yang harus kau pajang terdepan.
Bukan, bukan berarti kau membuangnya,
jika suatu saat kau ingin mengintip kembali kenangan antikmu di gudang, kau bisa mengunjunginya.
Mengamatinya, menimang apa saja yang telah kau lalui bersamanya.
Hanya untuk diingat, bukan disesali, ingat itu rindu.

Ayolah...
Jangan menatapku seolah aku orang lain.
Aku tetap aku, aku hanya ingin berfikir lebih jernih.
Aku mendapat banyak pelajaran dari kisahmu rindu.

Kau mengajarkan aku untuk memahami,
untuk kemenangan atas ketenangan dan kedamaian,
Maka kuberi satu resep.
Berdamailah dengan kenangan, segera letakkan di tempat yang semestinya.
Jika memang ada beberapa yang rusak, bisa kau perbaiki dengan lem maaf.
Ajaib, meski tidak membuatnya terlihat baru, tapi setidaknya lem itu mampu membuat kenangan menjadi lebih berguna.

Lihat?
Bulan pun tertutup awan yang disibak angin.
Angin sedang nakal sekarang, bisa-bisanya dia membuat percakapan malam ini tak lengkap tanpa bulan.
Tapi tak mengapa, bukankah sebagai gantinya kau hadir, rindu?
Kemarilah...
Mari kita bercerita tentang rencanamu menaruh di mana kenangan-kenangan itu.
Aku akan membantu.

No comments:

Post a Comment