Wednesday, 17 January 2018

Membiasakan Melakukan Hal Baik


 
Beberapa waktu  lalu aku tengah berada di sebuah masjid yang letaknya berada di pusat kota bersama seorang temanku.
Awal masuk, pandanganku tertuju pada seorang anak laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah motif batik, dari warna celananya yang mencolok merah, jelas dia masih duduk di sekolah dasar.
Bukan sengaja melihat, tapi pintu masuk masjid memang berada di sebelah kiri saff jemaah laki-laki. Kulalui begitu saja anak lelaki itu yang sedang berkomat-kamit khusyuk pada bacaan sholatnya.
Sementara menunggu temanku selesai mendirikan sholat, kulihat anak lelaki itu berjalan riang melangkah ke luar masjid, ternyata dia tidak sendirian melainkan bersama sang ibu, dia berjalan mendekat kepada ibunya
Kebetulan, tabir pembatas sedang tidak dibentangkan untuk memisahkan saff laki-laki dan perempuan, karena waktu dzuhur sudah lewat beberapa menit yang lalu, jelas jemaah sudah bubar. Hanya beberapa gelintir orang yang datang singgah untuk menunaikan shalat dzuhur, beberapa ada yang berdiskusi sembari memegang Al-Qur'an. Membuatku leluasa mengamati tingkah pola bocah itu.
Mataku masih tertuju pada sang anak lelaki, belum genap langkah kakinya melewati batas suci masjid, ibunya mengulurkan sesuatu yang kemudian disambut cepat anak laki-laki itu. Dia balik badan, berderap lari mendekati pintu masjid, mengerem langkah untuk kemudian berjongkok mendekati kotak amal yang diletakkan di bawah bingkai pintu. Gerakannya mantap, menepuk pelan bagian atas kotak amal agar uang yang dia masukkan benar-benar lolos dari lubangnya. Selesai memastikan uang itu sudah berada di tempat semestinya, anak laki-laki itu kembali melesat menyusul ibunya yang sudah berada di parkiran, bersiap menaiki mobil.
Tanpa sadar akupun tersenyum. Sang ibu telah memberikan pelajaran yang bermanfaat untukku saat itu. Melatih anak untuk memberikan sebagian rezeki dengan cara yang sederhana tapi kurasa cukup untuk membuat anak itu terbiasa melakukannya. Dari gerakannya, tak ada ragu bahkan fokus pada tujuannya tanpa sempat melirik sekitar.
Aku ingat, beberapa waktu lalu juga sempat melihat seorang ibu mengajarkan pada anaknya untuk memberikan uang pembayaran kepada penjual, saat sang anak memberi dengan tangan kiri, sang ibu menegur pelan, mengingatkan bahwa itu salah, maka anak perempuannya mengoper uang tersebut ke tangan kanannya lalu mengulurkan uang pembayaran tanpa lupa mengucapkan terima kasih dengan senyum manisnya.
Anak sekecil itu sudah diajarkan untuk melakukan hal-hal sederhana yang semoga akan terus mereka terapkan hingga dewasa. Mungkin untuk sekarang sang anak laki-laki masih menggunakan uang ibunya untuk bersedekah, tapi kelak semoga dia menjadi orang sukses yang tetap dermawan dengan penghasilan yang didapatkannya. Sekarang, mungkin gadis kecil itu masih latah, bingung mengangsurkan tangan mana kepada orang lain saat menerima dan memberikan sesuatu, tapi semoga kelak. Dia akan selalu ingat menggunakan tangan kanannya dan tetap mengucapkan terima kasih diiringi senyum tulus meskipun berperan sebagai pembeli.
Hal-hal sesederhana itu, harus diajarkan pada anak sedini mungkin, agar mereka mengerti, paham. Untuk kemudian mereka terbiasa dan terus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, hal ini membutuhkan peran orang-orang terdekat terutama kedua orang tua untuk ikut andil dalam membentuk karakter mereka.
Tak banyak, aku hanya ingin mengatakan semua hal-hal baik akan menjadi kebiasaan baik jika dilakukan sejak kecil. Dan tak ada kata terlambat untuk kita yang sudah dewasa untuk melakukannya. Tapi lebih baik membiasakan diri sejak kecil. Bersyukurlah jika kalian dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa mengajarkan hal-hal baik sejak kecil, tapi jangan pula berkecil hati jika memang tidak memiliki kesempatan itu lebih awal. Setidaknya, kita bisa mengajarkan hal-hal baik itu kepada anak, adik, bahkan orang-orang terdekat kita.
Semoga bermanfaat. :)

Wednesday, 7 September 2016

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin

"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin

benar, meskipun karena angin daun harus terjatuh ketanah, berpisah dari pohonnya,
tertiup tanpa bisa membantah.

dia pasrah, menerima takdirnya.
tak berusaha menyalahkan siapapun tentang keadaannya.
ikhlas.

Saturday, 3 September 2016

Terima Kasih untuk Semua

Aku ingin mengucapkan terima untuk semua. Terima kasih Tuhan, terima kasih guruku, terima kasih orang tuaku, terima kasih sahabatku, dan terima kasih cinta nya.

Mungkin kalian bertanya, lulus udah April kemarin, tapi ngeshare foto plus tulisan tentang wisuda baru sekarang.
Alasannya simple, aku tidak suka dengan hal yang biasa saja. Ini memang bukan sesuatu yang patut dibanggakan secara berlebihan, tapi aku ingin memberi ruang spesial untuk semua orang yang terlibat dalam proses ini.

Seperti yang kalian lihat, ucapan terima kasihku benar-benar irit. Bukannya nggak mau lebih, tapi ada beberapa faktor yang membuatku harus mengirit ucapan terima kasih. :D

Itulah alasan aku menulis di blog pribadi untuk menambahkan nama-nama di belakang layar (ceilah bahasa gue...) yang tidak terekspos di skripsiku.

Wednesday, 22 June 2016

Ekspresi Hati

Kata siapa ekspresi hanya ditunjukkan oleh wajah, hatipun bisa berekspresi.
Ekspresi yang disalurkan lewat lagu adalah bentuk dari ekspresi hati seseorang, nama lainnya penyalur kata.

Coba dengarkan baik-baik tiap bait lagu yang mengalun, bahwa walau hanya berupa irama tetap menyiratkan sebuah makna. Ada banyak jenis lagu yang kita dengarkan sehari-hari. Dari yang aliran Pop, rock, jazz, RnB, dan lain-lain, dan biasanya lagu yang sering diputar oleh seseorang, adalah lagu  yang mampu mewakili isi hatinya.

Akhir-akhir ini, aku menyukai semua bentuk dentingan piano yang menentramkan.
Suara tuts nya yang lembut, dimainkan oleh pianist terkenal
Benar apa yang mereka bilang, ketika kau melakukan sesuatu dengan tulus, dan kau melakukannya dari hati, semua akan terasa berbeda.
Makna yang ingin kau sampaikan, langsung tersalurkan lewat media yang menjadi perantara mu untuk menyampaikan isi hati.
Aku selalu merasa nyaman, menikmati dentingan lembut ini di telingaku.
Dari semua lagu yang kudengar, aku menyukai dua buah lagu yang dimainkan Maksim Mrvica. Still Water dan Hana's Eyes.
Entah kenapa, setiap mendengar lagu ini.
Aku seolah diajak memunculkan semua memori yang ada di dalam otakku.